Jawabannya adalah : bisa ya, bisa tidak. Tergantung dari bagaimana bentuk asuransi investasi tersebut. Misalkan contoh kasus asuransi (sebut saja Z) di bawah ini. Dengan menabung Rp. 25.000.000 per tahun selama 8 tahun, anda mendapatkan manfaat UP sebesar 50 juta rupiah s/d 100 juta rupiah. Seperti ilustrasi di bawah ini
Nah, apakah menguntungkan? Sekali lagi, bisa ya, bisa tidak. Apabila kondisi pasar normal-normal saja, asumsi di pengembangan MENENGAH 12% p.a, maka ilustrasi ini mungkin tidak menguntungkan. Mengapa? Mari kita lihat perbandingannya apabila kita membeli sendiri reksadana yang juga ASUMSI PENGEMBGANNYA 12% p.a
Terlihat bahwa pengembangan di perusahaan Asuransi Z adalah 584 Juta pada akhir tahun 20, sedangkan pengembangan reksadana dengan asumsi pengembangan SAMA sebesar 12%, adalah 830 juta.
Sekarang? mana yang menguntungkan? Semuanya bisa menguntungkan, tergantung cara pandang
Apabila anda memandang bahwa hasil akhir yang terpenting, bisa jadi membeli reksadana sendiri secara berkala, adalah cara yang lebih baik. Sudah terbukti di atas kertas, dengan asumsi pengembangan yang sama, membeli reksadana sendiri terbukti memberikan hasil yang lebih baik.
Lalu bilamana ikut asuransi menguntungkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin kita bisa ambil contoh (amit-amit), misalkan pemegang polis meninggal di akhir tahun kedua, maka ahli waris akan menerima sebesar (25 juta x 2 + 50 juta) 100 juta. Sedangkan apabila membeli reksadana sendiri, ahli waris hanya akan menerima 50 juta berikut pengembangannya. Hampir 2x lipat lebih menguntungkan ikut asuransi kan?
Nah, sekarang tergantung anda sendiri, point of view mana yang lebih cocok untuk anda
No comments:
Post a Comment