Iklan Head

Tuesday, January 8, 2019

Perlukah Investasi Properti Di 2019 ?

Investasi properti, semenjak tahun 2010, sudah semakin tidak menarik dan tidak menarik. Sebenarnya, sudah lama saya ingin membuktikan pemikiran iseng ini. Namun baru kali ini kesampaian. Berikut adalah contoh, sekali lagi hanya contoh harga sebuah rumah di kawasan yang sama, barang yang sama, di tahun yang berbeda.


Diambil dari sample unit MAROON, harga di 2018 adalah 708.900.000, sedangkan harga di tahun 2019 adalah 770.700.000. Terlihat bahwa kenaikannya sekitar 8.8%. Mengapa harus inves properti ya?
Sebenarnya, pemikiran orang kuno tidaklah salah. Bahwa investasi terbaik adalah bumi (tanah/bangunan) dan emas. Namun hal yang tidak diperhatikan di sini adalah, bahwa pada jaman dahulu, instrumen investasi keuangan semakin banyak. Ambil contoh : SBR, ORI, Reksadana.

Well, dalam hal investasi properti, meskipun kenaikan bisa 8% sampai 10%, namun banyak orang melupakan resiko yang bisa mengurangi net yield tersebut, misal

  1. Apabila dijual, harga mengikuti pasar (Tidak likuid). Sehingga investor properti menanggung resiko likuiditas. Apabila sampai BU, maka harga akan turun semakin jauh, bukan untung yang diraih, namun rugi
  2. Biaya maintenance
  3. Biaya service charge (umumnya perumahan menerapkan ini)
  4. Biaya nganggur (apabila properti tidak berhasil disewakan)
  5. Resiko developer lelet atau bahkan gagal serah terima (sudah ada contohnya kan)
Dibandingkan dengan, let say ORI 15, dengan kuponnya yang hanya 8.25% tapi kita bisa menggendong (bear) resiko yang lebih rendah untuk urusan resiko likuiditas, karena bisa dijual sewaktu-waktu di bank dan juga apabila BU, harga ORI masih sangat terukur, kecuali negara mengalami kebangkrutan. 


Jadi, dengan yield property yang kurang lebih sama dengan salah satu contoh instrumen di atas, apakah masih berpikir untuk berinvestasi properti? Bisa saja. Mungkin untuk mengoptimalkan yield, properti tersebut bisa disewakan, sehingga men-generate sekitar 2%-3% lagi pendapatan sebelum dipotong pajak penghasilan. Jangan lupa, harga sewa hanyalah sekitar 2%-3% dari harga properti, sehingga jangan spend semua yang didapat, melainkan cadangkan untuk repair/maintenance property anda jika sudah selesai disewa.

Kesimpulan : Semua ada plus minusnya. Tergantung profile anda, hati anda, feeling anda. Keduanya mungkin menghasilkan income net yang hampir sama apabila tidak ada gejolak.

Semoga membuka wawasan baru bagi anda mengenai properti

No comments:

Post a Comment